Apa Itu RIP Pada Cisc


(ilustrasi RIP)

Dalam dunia jaringan, menghubungkan perangkat hanyalah langkah pertama. Langkah selanjutnya, yang jauh lebih menantang, adalah membuat mereka bisa "berbicara" dan berbagi informasi secara cerdas. Hari ini di tempat PKL, kami menyelami salah satu "bahasa" para router, yaitu Protokol RIP. Sebuah hari yang diisi dengan logika rumit, troubleshooting yang menguji kesabaran, dan ditutup dengan permainan yang tak kalah mengasah otak.

Energi Pagi untuk Logika yang Rumit

Seperti biasa, hari dimulai dengan serangkaian ritual yang membangun momentum. Bangun pukul 05.00, Shalat Subuh 05.20, lalu mandi dan bersiap hingga 06.20. Pada 06.25, menu andalan—nasi uduk dan teh hangat—menjadi bahan bakar utama. Tepat pukul 07.00, saya sudah berada di atas motor, membelah jalanan pagi menuju kampus ISTN, dan tiba dengan selamat pada 07.40.

Kami memulai aktivitas di Labkom pukul 08.00 dengan "Kurvey Pagi". Hingga 08.30, kami memastikan arena kerja kami bersih dan rapi, sebuah kebiasaan kecil yang berdampak besar pada fokus dan kenyamanan kerja.

(foto saya piket pagi)

Mengajarkan Router 'Berbicara': Misi Protokol RIP

Pukul 08.30, setelah lab kinclong, misi sesungguhnya dimulai. Kami diberi materi untuk membuat routing statis menggunakan RIP pada Cisco Packet Tracer. Sebelum kami terjun ke dalam barisan perintah CLI, pembimbing kami menjelaskan jantung dari misi hari ini: Protokol RIP.


Materi Singkat: Memahami Routing Information Protocol (RIP)

Apa Itu Routing Information Protocol (RIP)? Bayangkan Anda punya tiga kota (Router A, B, C) dan Anda adalah seorang kurir. Routing Information Protocol (RIP) adalah sebuah protokol atau aturan yang membuat setiap kota secara otomatis berbagi informasi tentang rute tercepat ke kota lain kepada tetangganya. Jadi, Router A akan memberitahu Router B, "Hei, untuk ke Router C, lewat aku saja, cuma butuh 1 lompatan!". Ini adalah salah satu jenis dynamic routing protocol tertua.

Bagaimana Cara Kerjanya (Secara Sederhana)?

  • Berbasis Vektor Jarak (Distance Vector): RIP menentukan rute terbaik berdasarkan jumlah "lompatan" (hop count) paling sedikit. Setiap melewati satu router dihitung sebagai satu lompatan.
  • Berbagi Informasi Berkala: Setiap 30 detik, router akan "berteriak" menyiarkan seluruh tabel routing (peta jaringan yang ia ketahui) ke semua router tetangganya.
  • Update Peta: Ketika sebuah router menerima informasi baru dari tetangganya, ia akan memperbarui "peta"-nya jika menemukan rute yang lebih efisien (lebih sedikit lompatan).

Kelebihan RIP:

  • Sederhana: Sangat mudah untuk dikonfigurasi, cocok untuk pemula.
  • Dukungan Luas: Hampir semua perangkat router mendukung protokol ini.

Kekurangan RIP:

  • Terbatas: Hanya bisa menangani maksimal 15 lompatan. Jaringan ke-16 akan dianggap tidak terjangkau.
  • Boros Bandwidth: Karena terus-menerus menyiarkan update setiap 30 detik, ini bisa membebani jaringan.
  • Lambat Konvergen: Butuh waktu lebih lama bagi semua router untuk sepakat tentang peta jaringan terbaik jika ada perubahan.

Setelah memahami teorinya, kami langsung praktik membuat rangkaian 3 router menggunakan RIP. Di sinilah tantangan sebenarnya dimulai. Ada saja IP address yang menolak "berkenalan" atau konfigurasi CLI yang bermasalah. Proses troubleshooting pun menjadi menu utama kami. Kami saling memeriksa, mencoba berbagai perintah, dan mengulang konfigurasi. Setelah berjuang dengan sabar, tepat sebelum jam istirahat pukul 12.00, akhirnya ketiga router kami berhasil berkomunikasi secara otomatis!

(foto topologi 3 router)

(RIP Router 1)

(RIP Router 2)


(RIP Router 3)


(Pengetesan Jaringan Yang Berhasil)

Jeda Siang dan Adu Cepat Wawasan

Kami merayakan keberhasilan kecil itu dengan menyantap bekal makan siang di tepi danau, dilanjutkan dengan Shalat Dzuhur di mushola. Pukul 13.00, kami kembali ke Labkom. Tugas pertama adalah merapikan kembali konfigurasi Cisco yang sudah kami buat, memastikan semuanya terdokumentasi dengan baik.

Pukul 15.00, suasana berubah total. Kami diminta untuk rehat sejenak dari layar monitor dan bermain "Permainan Presiden". Uniknya, permainan ini dimodifikasi. Alih-alih menggunakan kartu, kami harus adu cepat menjawab pertanyaan atau menyebutkan istilah dari berbagai mata pelajaran sekolah untuk bisa "naik pangkat".

Suasana yang tadinya senyap penuh konsentrasi, kini berubah menjadi riuh dengan tawa dan sorakan. Ini bukan sekadar bermain, tapi sebuah cara seru untuk mengasah kembali memori dan wawasan kami di luar dunia IT.

Pulang dengan Pelajaran dari Dua 'Permainan'

Tepat pukul 16.00, permainan usai dan begitu pula jam kerja kami. Sambil merapikan meja, saya merenung. Hari ini saya memainkan dua "permainan": permainan logika untuk membuat router saling berbicara di pagi hari, dan permainan wawasan yang ceria di sore hari. Keduanya mengajarkan hal yang sama: untuk berhasil, kita butuh kesabaran, pengetahuan, dan terkadang, sedikit keceriaan. Dengan pikiran yang lebih kaya, kami pun pamit pulang.


Posting Komentar

0 Komentar