Seni & Sinergi
Ketika Desain Bertemu Tawa di Lab ISTN
![]() |
| (ilustrasi desainer) |
Dunia kerja modern bukanlah lintasan lurus, melainkan sebuah mozaik. Setiap kepingannya adalah skill yang berbeda, dan keindahannya muncul saat semua kepingan itu menyatu. Hari ini, di ruang Praktik Kerja Lapangan (PKL) ISTN, aku tidak hanya menjadi seorang mahasiswa—aku menjadi seorang seniman digital di pagi hari dan seorang pemain tim yang riang di sore hari. Ini adalah kisah tentang dua babak dalam satu hari yang tak terlupakan.
Fajar & Fokus: Mengasah Batin Sebelum Mengasah Piksel (05.00 - 07.40)
Pukul 05.00, alarm berdering bukan sebagai perintah, melainkan sebagai undangan untuk memulai hari dengan kesadaran penuh. Di keheningan subuh, kumulai dengan Shalat pada pukul 05.30. Ini adalah momen kalibrasi jiwa, memastikan frekuensi batinku selaras sebelum berhadapan dengan frekuensi digital.
Ritual berlanjut: mandi untuk menyegarkan raga, kemeja rapi sebagai manifestasi niat profesional, dan sarapan sebagai bahan bakar mimpi. Pukul 07.00, aku berangkat, bukan sekadar menuju sebuah gedung, tapi menuju sebuah arena tempat ide-ide diadu dan ditempa. Tiba di ISTN pukul 07.40, aku menarik napas dalam-dalam, siap menjadi versi terbaik diriku hari ini.
Babak Pertama: Sang Seniman Digital Mengambil Panggung (08.00 - 12.00)
Panggung kami adalah laboratorium komputer. Pertunjukan dimulai pukul 08.00, bukan dengan sorotan lampu, tapi dengan gerakan bersih-bersih bersama. "Kurvey Pagi" adalah kredo kami. Kami percaya bahwa "tempat yang bersih adalah cerminan hati yang bersih," dan hati yang bersih adalah sumber dari kreativitas yang murni.
![]() |
| (foto saya sedang piket) |
Pukul 08.30, kanvas digital pun terbuka. Misi hari ini: merancang dua brosur. Satu untuk beasiswa serius, terstruktur, dan meyakinkan. Satu lagi untuk promosi Labkom energik, menarik, dan mengundang. Di sinilah jiwa seorang arsitek informasi dan seniman visual harus berkolaborasi dalam diriku. Jari-jemariku menari di atas mouse dan keyboard, menciptakan sebuah koreografi visual dari teks, gambar, dan warna.
![]() |
| (foto suasana penugasan) |
![]() |
| (foto tugas yang saya kerjakan) |
Intermission: Mengisi Ulang Palet Inspirasi (12.00 - 13.00)
Setiap seniman butuh jeda. "Intermission" kami berlangsung di tepi danau kampus. Ditemani semilir angin dan hijaunya pemandangan, kami mengisi ulang palet energi dan inspirasi kami. Makan siang bersama bukan hanya soal nutrisi, tapi soal koneksi. Disempurnakan dengan Shalat Dzuhur, kami siap untuk babak kedua hari itu.
Babak Kedua: Dari Perfeksionis Menjadi Pemain Tim (13.00 - 16.00)
Kembali ke lab pukul 13.00, aku kembali menjadi sang perfeksionis. Aku memoles setiap detail desain, memastikan setiap piksel berada di tempat yang seharusnya. Inilah fase finishing touch, di mana sebuah karya yang baik diubah menjadi karya yang membanggakan.Lalu, pada pukul 15.00, sebuah plot twist terjadi. Semua pekerjaan serius harus dihentikan. Pembimbing kami mengubah lab menjadi arena bermain. Sebuah game sederhana ditampilkan di layar, dan kami semua diundang untuk bermain.
Di momen inilah keajaiban terjadi. Suasana yang tadinya senyap dan penuh konsentrasi pecah oleh gelak tawa. Logika ketat berganti dengan strategi spontan dan teriakan dukungan. Aku bukan lagi Dimas si desainer, aku adalah bagian dari sebuah tim yang berjuang untuk kemenangan kecil yang menyenangkan. Kami tidak sedang membangun portofolio, kami sedang membangun ikatan. Tawa kami menjadi soundtrack dari sebuah tim yang lahir dari keceriaan.Tirai Ditutup: Pelajaran Hari Ini
Pukul 16.00, permainan usai, dan begitu pula hari kerja kami. Sambil merapikan kembali peralatan, aku merenung. Hari ini aku belajar pelajaran berharga: kreativitas terbaik sering kali lahir dari fokus seorang diri, namun sinergi terhebat justru lahir dari tawa kebersamaan.
Kita butuh kedua babak itu. Babak di mana kita menjadi seniman yang serius, dan babak di mana kita menjadi pemain tim yang lepas. Dengan hati yang lebih kaya dari sekadar ilmu teknis, aku pun melangkah pulang, membawa cerita tentang seni, sinergi, dan sebuah hari yang sempurna.





0 Komentar